Rabu, 05 September 2012

CERITA SEX ANAK KOS TERBARU



Pertama-tama perkenankan saya memperkenalkan diri dulu. Biasa teman-temanku memanggilku Nana (nama lengkap/aslinya ga usah disebut yah), lahir tahun 83. Tubuhku cukup jangkung untuk ukuran wanita, terakhir kuukur 172 cm, dengan berat 48kg dan tiga lingkar tubuh 86/60/90. Rambutku lurus sebahu, wajah lonjong ,dan kulit putih karena aku WNI keturunan. Saat ini masih kuliah di fakultas sastra di salah satu universitas swasta di Bandung dan ngekost tidak jauh dari kampusku. Aku termasuk gadis yang sering ke salon dan modis, maka aku sudah tidak asing dengan tatapan nakal cowok-cowok di kampus kalau aku memakai pakaian yang ketat atau agak seksi, apalagi ketika ngedugem dimana aku memakai pakaian yang lebih terbuka. Dalam percintaan, secara jujur kuakui aku bukan type yang setia. Aku sudah mempunyai pacar yang sedang kuliah di Amerika sehingga kami jarang bertemu, kami sudah berjalan lebih dari tiga tahun dan aku mencintainya, tapi darah muda dalam diriku melibatkanku dalam beberapa hubungan one night stand dengan teman kuliah maupun teman dugem, bagiku semua itu hanya hubungan badan tanpa merubah perasaanku pada pacarku.


Kisahku ini terjadi pada pertengahan tahun 2004 yang lalu yaitu libur akhir semester. Waktu itu teman kostku sudah banyak yang pulang, di kostku hanya tersisa seorang pria, dan dua wanita termasuk diriku. Yang dua itu tidak pulang karena ikut semester pendek, tapi aku belum pulang karena waktu itu di rumahku tidak ada siapa-siapa berhubung kedua orangtuaku sedang menghadiri pernikahan di kota lain dan kakakku satu-satunya sudah dua tahun yang lalu menikah dan ikut suaminya. Jadi pemikiranku lebih baik kutunda kepulanganku sampai papa dan mamaku pulang 2-3 hari lagi, daripada kesepian di rumah mendingan kuisi waktuku untuk having fun bersama teman-temanku di Bandung. Malam itu aku ngedugem di salah satu tempat dugem di jalan Cihampelas. Teman-temanku mencekoki minuman sementara aku tidak kuat minum, mereka bilang untuk merayakan kenaikan IPK-ku. Aku mabuk sehingga dalam perjalanan pulang dengan mobil Ocha aku numpang ke WC di rumah Risa waktu sampai di rumahnya karena tidak tahan mau muntah. Setelah muntah akupun masih pusing-pusing sehingga terpaksa aku minta Risa untuk menginap di rumahnya semalam saja daripada pulang ke kost dalam keadaan sempoyongan, kan ga enak dilihat.

Singkat cerita akupun menginap di rumah Risa malam itu dan baru terbangun besoknya, hari Minggu jam sebelasan. Kepalaku masih agak berat.
“Lu orang sih, nyuruh gua minum terus, aduh kaya mau mati aja kemarin rasanya tau !” omelku pada Risa.
“Hihihi, gapapa lah Na sekali-kali aja, kan kita baru selesai semester nih !” jawabnya tertawa kecil mengingat keadaanku kemarin.
Akhirnya setelah makan sedikit, Risa mengantarku pulang ke kostku di daerah Sukamekar. Kumasuki pintu gerbang kostku, suasanya sepi seperti beberapa hari terakhir. Di depan pos jaga aku berpapasan dengan Gungun, pegawai/ penjaga kostku yang berusia dua puluhlimaan sedang ngobrol-ngobrol dengan dua orang pemuda yang kira-kira sebaya dengannya, aku tidak tahu siapa mungkin temannya yang penduduk sekitar sini. Aku tersenyum kecil sebagai basa-basi dan mereka membalasnya.

Terasa sekali mereka memandangi tubuhku yang masih memakai pakaian seksi semalam berupa sebuah rok putih sejengkal di atas lutut dan tank top berdada rendah yang memperlihatkan sedikit belahan dadaku. Aku mempercepat langkahku ke tangga, di dekat tangga akupun berpapasan lagi dengan pegawai kostku yang lain, si Acep yang masih berusia SMA, sekitar enambelas tahun, orangnya agak culun, berambut cepak dan kerempeng, dia sering bertugas membelikan barang pesanan dan mengantar makanan untuk kami, para penghuni disini.
“Eh…Neng, baru pulang yah !” sapanya sambil cengengesan.
Aku hanya menjawab iya saja lalu menaiki tangga, instingku mengatakan kalau dia berusaha mengintip rokku yang mini ketika aku naik, sempat terlihat sekilas olehku ketika sampai di lantai dua dan membelok. Sampai di kamar, aku langsung membuka pakaianku dan masuk ke kamar mandi, langung kubuka shower dan kuguyur tubuhku dengan air dingin, segar sekali rasanya, udara di luar waktu itu lagi panas ditambah lagi panas alkohol masih sedikit terasa dari dalam tubuhku.

Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apapun sambil mengelap rambutku dengan handuk. Kuambil celana dalam kuning dan kupakai. Aku tidak menemukan baju barongku yang biasa kupakai tidur di gantungan di pintu, baru ingat kalau baju itu sudah kutaruh di tempat cucian. Karena malas mencari baju lain di lemari, akupun lantas melempar diriku ke kasur. Biar saja tidur hanya dengan celana dalam, apalagi cuacanya lagi panas, kipas anginnya juga kumatikan. Kututupi tubuhku dengan selimut dan kupeluk guling kesayanganku untuk melanjutkan tidurku yang masih belum puas ditambah masih sedikit pening, maklumlah orang ga kuat minum di suruh minum banyak ya gini nih jadinya. Entah berapa lama aku tertidur lelap sekali sampai kurasakan ada rasa geli pada tubuhku, secara refleks tanganku menepis dan menggulingkan tubuh ke arah lain. Namun perasaan itu datang lagi dengan lebih hebat, kali ini juga kurasakan pada paha dan dadaku seperti ada yang mengenyot. Kali ini aku terbangun dan kaget sekali melihat ternyata benar-benar ada orang yang sedang mengenyot dadaku dan seseorang lainnya sedang menjilati pahaku. Spontan akupun menjerit, namun sebuah tangan membekap mulutku dari belakang. Ketika aku meronta, gerakanku langsung terkunci oleh tangan-tangan yang memegangi kedua tangan dan kakiku.

Aku mengedip-ngedipkan mata memperjelas pandanganku, aku makin terperanjat dengan keempat wajah menyeringai diatasku, wajah yang tak asing bagiku. Yang dua adalah pegawai kostku, Gungun dan Acep dan dua orang temannya yang kutemui di bawah tadi. Aku tidak habis pikir bagaimana mereka bisa masuk sini, padahal pintu sudah kukunci, tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu, sekarang harusnya memikirkan apa yang harus kulakukan menghadapi situasi ini.
“Halo Neng, maaf yah kita masuk sini diam-diam abis ga tahan liat body Neng yang bahenol !” kata Gungun.
“Emmphh…eemhhh !” aku berusaha berteriak walau mulut masih dibekap sambil meronta ketika Gungun meraba payudaraku.
“Udahlah Neng, ga usah ngelawan terus, disini lagi gak ada siapa-siapa kok !” sahut orang yang membekapku yang berambut agak bergelombang dan matanya besar.

Dalam situasi makin kritis seperti ini aku mulai berpikir ulang, aku pernah membaca berita tentang pembunuhan di kost, melawan mereka yang sedang kalap mungkin saja malah mencelakakanku, bukankah lebih baik pasrah saja menuruti mereka. Lagipula aku ini kan bukan perawan dan pria yang pernah main denganku bukan hanya pacarku, bedanya cuma mereka sama-sama WNI keturunan dan yang empat ini bukan. Yah, anggap saja tambah pengalaman seks lah, begitu pikirku positif. Yang masih membuatku risau adalah apakah aku sanggup melawan empat orang sekaligus mengingat seumur hidup aku selalu bermain konvensional satu lawan satu. Mungkin sekaranglah waktunya bagiku untuk mencoba rasanya digangbang. Seiring dengan birahiku yang mulai naik, rontaanku pun berangsur-angsur berkurang berganti menjadi kepasrahan. Darahku berdesir dan bulu-buluku merinding ketika tangan-tangan itu menggerayangi tubuhku, ciuman dah jilatan juga menghujani tubuhku. Salah seorang teman Gungun tadi menarik lepas celana dalamku. Keempat orang itu menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhku yang sudah telanjang bulat, terutama Acep sepertinya ini baru pertama kali dia melihat tubuh wanita secara nyata.

“Anjrit, jembutnya lebat banget euy !” kata Gungun sambil merabai kemaluanku yang berbulu lebat tapi rapi, karena sering kucukur rapi tepiannya agar tidak keluar-keluar kalau memakai baju renangku yang seksi.
Teman Gungun yang rambutnya gondrong sebahu menciumi payudaraku, digigit dan disedot-sedotnya putingku yang sensitif. Kuncian mereka terhadapku mengendur dan tangan yang membekap mulutku juga sudah lepas. Kepalaku menggeleng-geleng ketika Gungun mau menciumku, tapi dia lalu memegangi kepalaku sehingga aku tak bisa lagi menghindari mulutnya. Rangsangan yang datang bertubi-tubi membuatku semakin horny dan mulutku pun membuka menerima serangan lidah Gungun, mau tak mau aku harus beradaptasi dengan bau mulutnya. Kumainkan lidahku mengimbangi lidahnya yang menari-nari di mulutku. Ketika asyik berciuman dengan Gungun setidaknya ada dua jari yang bermain di vaginaku, aku tidak tahu siapa itu karena aku biasa memejamkan mata kalau berciuman agar lebih menghayati, selain itu tangan yang menggerayangiku ada empat pasang sehingga tidak sempat mengenalinya satu-satu.

Lama juga Gungun menciumiku, itu dia lakukan sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, hampir lima menit kira-kira, begitu mulutnya lepas aku akhirnya lega bisa kembali menghirup udara segar walau dengan nafas sudah memburu.Ketika kubuka mata, kulihat di sebelah kananku teman Gungun yang matanya besar itu sedang mengenyoti payudaraku dengan rakusnya, dia sudah membuka pakaiannya, aku melihat penisnya yang sudah tegang itu menggantung di selangkangannya, bentuknya panjang dengan kepalanya disunat. Iihhh…geli sekaligus terangsang membayangkan aku harus mengulum dan dimasuki benda itu. Si Acep sedang menjilat dan meraba tubuh bagian sampingku (sekitar perut, paha, dan dada), dia juga masih memakai kaos oblongnya tapi celananya sudah dibuka, penisnya yang juga bersunat lumayan juga untuk seumuran dia. Ternyata yang daritadi mengorek vaginaku adalah si pemuda gondrong, kini dia bahkan mendekatkan wajahnya ke sana dan uuhh…lidahnya menyentuh bibir vaginaku dan terasa menggelitik nikmat tubuhku sampai menggeliat karena itu. Aku bingung apa yang kualami saat itu termasuk perkosaan atau bukan, dibilang ya bisa juga karena awalnya mereka yang memaksa, tapi dibilang tidak juga bisa karena toh aku juga mulai menikmatinya.

“Memeknya enak, wangi loh mmm…ssluurrpp !” sahut si gondrong di bawah sana.
“Oh, ya…nanti juga saya mau nyicipin yah, makannya cepet !” kata Gungun.
“Jangan lama-lama yah, nanti kita kebagiannya bau jigong lu” timpal si mata besar
Kini Acep sudah mencaplok payudaraku dengan mulutnya, walau kelihatan culun jilatannya membuat putingku makin menegang. Gungun juga membuka pakaiannya hingga telanjang. Wah, anunya juga ga kalah gede dari kedua temannya, tinggal milik si gondrong saja yang belum kulihat karena dia masih sibuk menjilat vaginaku. Aku harus mengakui enak sekali diperlakukan seperti ini, dalam seks satu lawan satu aku tidak pernah merasakan bagian-bagian sensitifku dimainkan dalam saat bersamaan.
“Uuhh-eeemm….aaahh !” aku tak tahan untuk tidak mendesah ketika lidah si gondrong menyapu bibir vaginaku, bukan cuma itu, jarinya pun ikut keluar masuk di sana.
Hal itu berlangsung sekitar lima menit lamanya, kemudian Gungun mengambil posisinya.
“Hayo sini, saya juga mau rasain, gantian dong !” katanya menyuruh si gondrong menyingkir.

Langsung Gungun melumat bagian selangkanganku itu dengan bernafsu, tangannya memegangi kedua pahaku sambil mengisap dan menjilat, mulutnya terbenam di kerimbunan bulu kemaluanku, gayanya seperti makan semangka saja. Serangannya lebih mantap dari si gondrong yang cenderung monoton, lidah si Gungun sepertinya agak panjang sehingga ketika menyusup ke dalam vagina benda itu menyentuh klitorisku juga menjilati dinding kemaluanku, kontan akupun makin menggelinjang tak karuan. Ketiga orang lainnya tertawa-tawa dan berkomentar jorok melihat reaksiku, mereka pun makin bersemangat mengerjaiku. Payudaraku sedikit nyeri ketika dipencet-pencet si mata besar dengan gemasnya. Si gondrong yang kini sudah membuka bajunya berlutut di sebelahku memegangi penisnya untuk disodorkan padaku.
“Diisep Neng, enak loh !” suruhnya sambil menggosokkan kepala penis itu ke wajah dan bibirku.
Walau sebenarnya geli dengan kemaluannya yang hitam dengan kepala kemerahan itu, aku tertantang juga untuk mencobanya, maka kugenggam batang itu dengan tangan kiri dan kuawali dengan menyapukan lidah pada kepala penisnya. Dia langsung mendesah keenakan karenanya. Entah kekuatan apa yang membuatku demikian liar, padahal sebelumnya dekat-dekat orang seperti mereka saja aku enggan, apalagi untuk ML.

Awalnya aku sangat tidak nyaman dengan aroma penisnya, namun mau tidak mau aku harus membiasakan diriku. Aku berusaha tidak menghirupnya dan kuemuti dalam mulut sambil sesekali mengocok dengan tangan, kesempatan itulah yang kupakai untuk mengambil udara segar. Sementara rasa geli pada vaginaku kian menjalari tubuhku, rasanya seperti mau pipis. Tubuhku menggelinjang, aku tidak tahan lagi dan mencapai orgasme pertamaku, dari vaginaku keluarlah lendir yang dijilatinya dengan lahap.
“Eh-eh, gantian dong, saya juga mau ngerasain pejunya si Neng !” kata si Acep
Acep menggantikan posisi si Gungun, dia menjilati sisa-sisa cairan kemaluanku. Jilatannya tidak selihai Gungun, maklum karena dia masih hijau, baru pertama kalinya menikmati wanita. Dia lebih suka menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya yang memberi rasa geli. Sekarang Gungun berlutut di sebelah ku dan meraih tanganku digenggamkan ke penisnya. Keras dan hangat, begitulah kesan pertama begitu jari-jariku melingkari batang itu. Mulailah aku mengocok penis itu dengan tangan kiriku dan yang kanan memegangi milik si gondrong sambil mengoralnya. Si mata besar masih menyusu dengan nikmatnya pada payudaraku, sepertinya dia ketagihan dengan payudaraku yang montok itu.

Acep tidak lama menjilati vaginaku, posisinya digantikan oleh si mata besar yang tidak sabar menunggu giliran, karena paling kecil diapun mengalah pada temannya. Si mata besar mencium vaginaku dengan bernafsu dan terkesan terburu-buru. Aku dibuatnya semakin bergairah melayani kedua penis yang menodongku, secara bergantian kukocok dan kuoral menirukan apa yang pernah kulihat di film porno di rumah temanku. Rasa jijikku pada penis hitam yang kepalanya seperti jamur itu perlahan-lahan sirna. Gungun mengungkapkan ekspresi nikmatnya dengan meremas payudaraku yang digenggamnya, sedangkan si gondrong sambil menekan-nekan penisnya ke mulutku ketika gilirannya dioral seolah tidak rela melepaskannya. Ditambah lagi Acep sedang asyik memainkan putingku, benda mungil berwarna merah kecoklatan itu dia pilin-pilin dengan jarinya sesekali juga dijilati. Si mata besar pun tidak lama-lama menjilati vaginaku, dia lalu bangkit berlutut diantara kedua pahaku dan menempelkan kepala penisnya di bibir vaginaku.

Kuhentikan sejenak aktivitas terhadap dua penis dalam genggamanku untuk memperhatikan penis si mata besar mendesak memasuki vaginaku. Kutahan nafasku sambil menggigit bibir, proses penetrasi itu kuresapi dalam-dalam. Setelah masuk sebagian dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menghujam sampai mentok, spontan aku pun menjerit kecil dan merapatkan pahaku.
“Waaah…enak pisan, sempit oi !” katanya setelah berhasil membobol vaginaku.
Tanpa buang waktu lagi dia menggenjotku, penis itu keluar-masuk vaginaku. Aku meneruskan kocokanku terhadap si gondrong dan Gungun, rasa nikmat yang menjalari tubuhku semakin membuatku bersemangat mengocok kedua penis itu. Si Acep juga makin seru mengisapi payudaraku sampai basah kuyup oleh ludahnya juga oleh ludah orang-orang yang tadi mengisapnya. Tak lama kemudian, ketika aku sedang mengulum penis Gungun, sesuatu yang basah dan hangat menerpa wajah dan leherku dari samping. Ow, ternyata si gondrong sudah keluar, kulepas sejenak penis Gungun dari mulutku, semprotan berikutnya makin membasahi wajahku begitu aku menengok menghadap todongan benda itu.

“Uhh…isepin yah Neng !” lenguhnya seraya menjejali mulutku dengan penisnya.
Dalam mulutku penis itu masih menyemburkan isinya dan itu kuhisapi tanpa memikirkan rasa jijik lagi walaupun baunya yang agak menyengat, mungkin karena saking terangsangnya sampai tidak sadar aku jadi seliar itu. Sampai sejauh ini ponselku yang kutaruh di meja sana sudah berdering sekali dan dua SMS sudah masuk, kubiarkan saja karena tanggung. Aku dapat merasakan penis si gondrong menyusut dalam mulutku dan pemiliknya terengah-engah.
“Yee, payah lu, belum nojos udah ngecrot !” ledek Gungun pada temannya.
“Enak pisan sih anjrit, sampe ga tahan !” balas si gondrong
Sekarang si mata besar mengajak ganti posisi, mereka lalu membalikkan tubuhku hingga telungkup. Akhirnya ganti posisi juga pikirku, aku sudah gerah daritadi berbaring telentang sambil dikerjai mereka, punggungku panas sekali rasanya dan benar saja keringatku sudah membasahi sprei dibawahku tadi. Perutku diangkat dari belakang hingga posisiku seperti merangkak. Kutengokkan kepalaku ke belakang dan kulihat si mata besar kembali memasukkan penisnya ke vaginaku.

Tusukan-tusukan kembali kurasakan, kali ini lebih cepat dan dalam. Di depanku si Acep berlutut minta giliran merasakan mulutku. Akupun membuka mulut mempersilakan batang itu memasukinya. Kuemut benda itu tanpa menghiraukan lagi baunya, tidak terlalu besar tapi cukup keras, namanya juga barang ABG. Aku melirik ke atas melihat anak itu merem-melek menikmati kulumanku, lucu juga reaksinya yang amatiran itu.
“Gimana Cep, asyik ga diemot ******nya ?”
“Si Acep udah gede euy !”
Celoteh-celoteh yang ditujukan pada si Acep itulah yang sempat kudengar waktu itu. Sambil terus mengoral Acep, akupun selalu menggoyang pantatku mengikuti genjotan si mata besar, terus terang rasanya enak sekali seperti diaduk-aduk. Payudaraku yang menggelayut sedang dipegang-pegang si gondrong yang sedang mengistirahatkan penisnya. Tangan kananku menggenggam penis si Gungun dan mengocoknya pelan.
“Pelan-pelan aja kocoknya Neng, ga pengen cepet-cepet ngecrot sih !” demikian katanya.
Sibuk sekali aku jadinya dan udara sekitarku serasa makin panas karena dikerubuti empat orang ini, mana badannya lumayan bau lagi. Hanya birahi yang meninggilah yang mengalihkanku dari semua itu.

Sekitar lima belas menit menggenjotku, si mata besar sepertinya mau keluar, kelihatan dari sodokannya yang makin cepat.
“Annjjiiinngg…aaahhh !” lenguhnya panjang diiringi semprotan spermanya di dalam vaginaku yang tak bisa kutolak.
Sialan juga nih orang pikirku, sembarangan main buang di dalam, ga minta ijin atau omong dulu kek padahal gak pake kondom, untung waktu itu aku tidak dalam masa subur, kalo iya kan amit-amit harus hamil sama orang-orang ginian. Begitu penisnya lepas, aku merasa cairan hangat meleleh membasahi paha atasku. Gungun langsung mengambil alih posisinya menusukkan penisnya padaku seolah dapat membaca apa yang ada dalam hati kecilku yang masih ingin digenjot karena belum mencapai klimaks alias tanggung. Si Acep yang masih kuoral nampaknya makin menikmati saja, tanpa sadar dia memaju-mundurkan pinggulnya seakan sedang menyetubuhi mulutku. Dia mengeluarkan spermanya dalam mulutku saat Gungun menggenjotku dengan ganasnya sehingga aku tidak bisa konsentrasi mengisap penis itu, maka cairan itupun meleleh sebagian di pinggir bibirku.

Setelah Acep melepas penisnya yang telah kubersihkan dari mulutku, lengan Gungun mengangkat dadaku sehingga kini aku berlutut, Gungun tidak berhenti menggenjotku sambil menopang tubuhku dengan lengannya yang melingkari perutku. Si mata besar sambil mengistirahatkan senjatanya menggerayangi payudaraku yang membusung dalam posisi itu. Si gondrong memintaku kembali mengoral penisnya yang sudah mulai bangkit lagi, sepertinya dia suka dengan pelayanan mulutku. Kugenggam penisnya yang disodorkan padaku, ih…masih lengket-lengket bekas spermanya tadi, sedikit jijik aku dibuatnya namun juga tak kuasa menolaknya. Serta merta kumasukkan benda itu kemulutku, kujilati sisa-sisa spermanya hingga bersih. Di dalam mulutku benda itu semakin mengeras dan bergetar.
“Pelan-pelan aja Neng, buat persiapan ngejos di bawah nanti !” katanya.

Tak lama kemudian tubuhku kembali mengejang, seperti ada yang mau meledak di bawah sana. Aku melepas kulumanku untuk melepaskan desahan yang tak bisa kutahan lagi, lendirku pun kembali keluar bersamaan dengan tubuhku. Orgasme kali ini terasa lebih panjang, Gungun masih menggenjot sampai 2-3 menit kemudian hingga akhirnya diapun menghujam penisnya lebih dalam dan mempererat pelukannya. Dia menggeram dan memuntahkan spermanya ke dalam vaginaku, hangat kurasakan di dalam sana. Kami break sebentar sekitar lima menitan. Saat itu Gungun dan Acep memperkenalkan dua orang itu kepadaku, yang gondrong namanya Amad dan yang matanya melotot itu namanya Ifud, memang benar keduanya adalah teman mereka yang tinggal di pemukiman penduduk tak jauh dari sini.

Gungun juga bercerita bagaimana mereka bisa masuk sini. Ternyata mereka iseng mengintipku waktu keluar dari kamar mandi tanpa busana tadi lewat lubang angin diatas pintu kamarku dengan memakai bangku tinggi. Tadinya sih hanya sekedar mau ngintip, tapi tak lama kemudian waktu Amad dan Ifud mau pulang mereka ingin ngintip yang terakhir kali dan menemukanku telah terlelap hanya dengan memakai celana dalam dan selimut yang tersingkap. Situasi kost yang sedang sepi dan nafsu setan mendorong mereka berencana memperkosaku. Maka setelah yakin aku benar-benar tidur, Gungun mencongkel kaca nako yang tepat di sebelah pintu lalu meraih grendel sehingga mereka bisa masuk dan terjadilah seperti ini. Aku sebenarnya marah mendengar semua itu, lancang sekali mereka berbuat begitu, ini kan pemerkosaan namanya, tapi mau marah gimana juga toh aku menikmatinya, salahku juga berpakaian mencolok di depan mereka. Aku menatapi mereka satu-persatu yang memandangi tubuh telanjangku dengan tatapan kesal sekaligus berhasrat. Tidak tau mau omong apa deh, soalnya perasaanku benar-benar campur aduk sih.

“Bentar yah, mau cuci muka dulu” kataku sambil bangkit dan melangkahkan kakiku dengan gontai ke kamar mandi.
Di sana aku mencuci mukaku dari cipratan sperma agar aroma yang menyengat itu hilang. Keluar dari kamar mandi, kembali aku duduk di kasur dikelilingi mereka. Sudah tanggung untuk dihentikan, jadi kuikuti saja deh permainan mereka. Kali ini si Acep yang masih hijau itu minta diajari cipokan.
“Boleh yah Neng, soalnya saya pengen ngerasain dicium cewek itu kayak apa sih, apalagi cewek cakep kaya Neng” pintanya, mukaku memerah karena malu dan juga tersanjung akan pujiannya.
“Cium-cium-cium !” teman-temannya yang lain menyorakinya
“Sssttt…jangan keras-keras dong, ada yang tau gimana !” kataku memperingatkan sehingga mereka mengurangi volumenya.
Aku memejamkan mataku seperti kebiasaanku berciuman menunggu Acep menciumku, pertama-tama aku merasa bahuku dipegang lalu menempellah bibirnya dengan bibirku. Teknik ciumannya benar-benar amatiran, kaku dan membosankansekali, sehingga aku yang berinisiatif memainkan lidahku baru dia mulai bisa membalasnya, aku melingkarkan tangan memeluknya dan percumbuan kami makin panas.

Selama percumbuan itu juga aku merasakan tangan-tangan lain berkeliaran di sekujur tubuhku, mengelusi punggung, paha, payudara, dll. Tidak jelas siapa yang melakukan karena aku memejamkan mata, yang jelas darahku mulai bergolak lagi karena belaian ditambah kometar-komentar jorok mereka. Ada seseorang memelukku dari belakang dan menjilati leherku, oohh...benar-benar sensasional, demikian rasanya pertama kali dikeroyok. Lama juga aku berciuman sambil digerayangi, nafasku sampai naik-turun ga karuan karenanya. Setelah itu si Amad gondrong meminta jatahnya, dia berbaring telentang dan menyuruhku membenamkan penisnya pada vaginaku. Akupun naik ke atas penisnya, benda itu kugenggam dan kueluskan pada kemaluanku dulu supaya nafsu si Amad mendidih. Kemudian baru aku mulai menjebloskannya perlahan-lahan.
“Ahhh...eeegghh !” desahku saat memasukkan penis itu, aku memejamkan mata dengan bibir membuka.
Setelah terasa mentok, akupun perlahan menaik-turunkan tubuhku. Amad juga mendesah kenikmatan karena penisnya dihimpit dinding vaginaku.

Gerak naik-turunku semakin cepat sehingga payudaraku ikut bergoncang-goncang. Dengan aku yang memegang kendali, si Amad kelihatan kelabakan, dia mendesah-desah gak karuan. Kelihatan sekali pengalaman seksnya masih dibawahku. Dia julurkan tangannya meraih payudara kiriku, sepertinya dia gemas melihat payudaraku yang juga naik-turun itu. Dua orang lainnya duduk menonton liveshow kami, Gungun sebelumnya telah turun ke bawah untuk memeriksa keadaan dan berjaga-jaga di pos jaga dekat gerbang. Tak lama kemudian si Ifud mendekatiku dan berdiri di sebelah menyodorkan penisnya yang langsung kugenggam. Jadilah aku bergaya woman on top sambil mengocoki penis Ifud. Amad, ternyata tidaklah setangguh yang kukira, tampang boleh sangar kaya preman, tapi dia orgasme dalam waktu yang relatif singkat, isi penisnya tertumpah dalam vaginaku. Aku paling senang ML di saat safe seperti ini, bebas dari rasa was-was walau pasanganku buang di dalam. Tanpa malu-malu lagi, kupanggil si Acep agar menuntaskan birahiku. Aku duduk di kasur membuka kedua pahaku seakan mempersilakan anak itu menusuknya, aku harus membimbing penisnya memasuki vaginaku karena ini pertama kalinya bagi dia.

Setelah kepalanya menekan bibir vaginaku, kusuruh dia mendorong pantatnya.
“Ohhh...yess !” desahku ketika penis perjaka itu menghujam ke dalam.
Selanjutnya yang kurasakan adalah gesekan-gesekan antara penisnya dengan dinding kemaluanku. Acep pun semakin menikmati persetubuhan pertamanya itu dengan makin cepat menusuk-nusukkan penisnya hingga akhirnya kitapun orgasme bersama atas bimbinganku tentang mengatur tempo genjotan. Sisa waktu sekitar sejam lebih kedepan aku terus disetubuhi mereka baik secara bergilir maupun barengan. Hingga akhirnya kami semua pun kelelahan bersimbah peluh. Wajahku sekali lagi belepotan sperma karena salah seorang membuangnya di sana ketika orgasme. Sejak itu mereka sering memintaku melakukan hal yang sama lagi, terutama Acep dan Gungun. Terkadang memintanya agak memaksa pula. Memang sih awal-awalnya aku cukup menikmati, tapi lama-lama kesal juga karena mereka makin gak tau diri, misalnya pernah satu malam Gungun mengetuk pintu minta jatah lagi, sehingga mengganggu tidurku.

Aku sampai pernah marah dan mengancam akan melapor ke pemilik kost sehingga mereka agak ngeper, terutama setelah Gungun keceplosan ngomong tentang itu ke pamannya yang menengoknya dari kampung, sehingga pria paruh baya itu juga sempat minta jatah padaku (kalau sempat akan kuceritakan juga). Aku tidak ingin hal ini tercium kemana-mana, apalagi sampai ‘kecelakaan’ gara-gara mereka, maka kuputuskan setelah sewaku habis bulan itu, aku pindah ke kost lain yang agak jauh dari tempat itu hingga saat ini. Terkadang terbesit di benakku ingin mengulangi lagi keroyokan seperti itu, tapi ah...tidaklah, terlalu berisiko tinggi terhadap imej dan kesehatan nantinya. Bulan September lalu aku sempat bertemu lagi dengan si Gungun ketika sedang berjalan di dekat kost lamaku itu, kelihatannya di baru dari membeli sesuatu.
“Neng, udah lama yah !” sapanya sambil senyum cengengesan.
Aku membalas dengan senyum kecil saja sambil terus melangkah agak jutek.
“Siapa tuh Na ? masa lu kenal sama yang gituan ?” tanya seorang temanku yang jalan bareng.
“Ohh, itu cuma babu di kost lama gua, masih inget gua juga dia yah” jawabku santai.
“Naksir ke lu kali” timpal temanku yang lain disusul tawa kami. Nantikan cerita seks kami lainnya...

CERITA PSK


HUJAN baru saja mereda di kawasan Dolly dan Jarak malam itu. Bau tanah basah dari rintik hujan tericium dalam pelukan dingin jalanan. Saat itu waktu menunjukkan pukul dua pagi saat kuputuskan untuk terus melangkahkan kaki menyusuri kawasan prostitusi terbesar ini. Dentuman musik dangdut terdengar saling bersautan kencang dari tiap wisma yang kulewati. Didalamnya, para pria pengunjung dan wanita penghibur larut dalam suasana. Mereka berjoget, tertawa, terkadang diselingi peluk dan ciuman antara keduanya. Puluhan botol Bir Bintang menghiasi hampir seisi ruangan. Bahkan, setiap rumah atau wisma pemandangannya pun sama.
Pandangan ini tiba–tiba tertuju kepada seorang perempuan psk didepan salah satu wisma. Dandanannya menor, bedak muka begitu tebal memoles wajahnya. Mengenakan baju hitam model ‘youcansee’ dia duduk terjaga. Menyapa setiap pengunjung yang melintas didepannya.”Masuuukkk Mass???,” sapa wanita ini dengan gaya menggoda. Cahaya remang lampu teras wisma yang termaram, seakan menjadikan penampilan wanita ini begitu anggun. Sebut saja namanya Saras. Sudah hampir tujuh tahun perempuan asal Banyuwangi ini menjadi perempuan psk di lingkungan Jarak, Surabaya.
Sebuah aktifitas yang seakan menjadi jalan pintas dari sebuah hidup yang buntu ketika berhadapan dengan realita ekonomi mendesak dengan ancaman kemiskinan. Berbagai alasan untuk menyambung hidup dilakoni Saras dan banyak perempuan psk lainnya melayani para pria pelanggan setiap malam. Jika jam didinding kamarnya sudah menunjukkan pukul delapan malam, perempuan 29 Tahun ini segera bersiap ‘menjemput’ rezeki didepan rumah salah satu wisma di kawasan Putat Jaya gang 3. Saras sadar betul jika usianya sudah mulai memasuki angka kepala tiga, artinya tidak harus mematok tarif mahal.
Di lingkungan prostitusi seperti Dolly dan Jarak, usia mempengaruhi juga kunjungan para tamu. Terlebih lagi harus bersaing dengan perempuan psk yang lebih muda. Untuk sekali short time Saras mematok harga Rp 70 ribu kepada pria pelanggan. Jika sedang sepi pengunjung, Saras menurunkan harga menjadi Rp 50 ribu.”Itung–itung diskon. Gak apalah yang penting ada tamu,” ujarnya. Uang itu tidak sepenuhnya masuk kedalam kantong. Dia harus membagi untuk kemanan sebesar Rp 5 ribu, dan untuk sang mucikari Rp 10 ribu. Sisanya, untuk makan dan keperluan sehari–hari. Dan yang mencengangkan adalah perempuan dengan rambut sebahu ini dalam kondisi hamil. Usia calon jabang bayi yang dikandungnya sudah memasuki tujuh bulan.
Mengandung bayi dari hasil hubungan diluar pernikahan membuat Saras begitu gigih bekerja. Maklum, Saras sendiri tak mengetahui siapa Ayah dari calon bayi ini. Apalagi, dia mengaku hidup sendiri di Surabaya. Sedangkan di daerah asalnya, Banyuwangi, perempuan berkulit sawo matang ini hidup sebatang kara. Tidak ada sanak famili yang tersisa. Dengan penghasilan serendah itu, harus memilah lagi sedikit rupiah untuk ditabung guna memeriksakan kandungannya. Kontrol kandungan dilakukannya setiap tiga hari sekali, di sebuah puskesmas kawasan Jalan Simo.
Dalam kondisi perut semakin membesar itu, Saras masih tetap melayani tamu. Mengajak hubungan seks dari para pria pelanggan. Meski diakui kondisinya berbeda saat sebelum hamil.”Kalau dulu bisa melayani tiga sampek empat tamu. Sekarang, mungkin dua ajah udah capek. Kalau sudah begitu saya langsung istirahat,” katanya. Beberapa pria pelanggan diakui Saras menyukai berhubungan intim dengan perempuan psk yang tengah hamil. Mereka (pria pelanggan, Red), kebanyakan masih berusia muda.”Gak tau kenapa. Sensasinya beda kali,” ujarnya lantas tertawa.
Agar tidak terjadi hal yang membahayakan kandungannya, biasanya setiap kali kontrol Saras mengaku diberi suntikan vitamin. Terkadang, beberapa tamu yang dilayaninya menawari untuk mengasuh anak yang dikandungnya jika sudah lahir nanti. Namun, dia dengan tegas menolaknya dan ingin merawat sendiri buah hatinya hingga dewasa. Ada sebuah pengharapan besar dari calon bayi yang akan dilahirkannya ini.”Kelak dia menjadi penolong saya. Menemani saya di masa tua nanti,” ujarnya dengan mata menerawang keatas langit.
Di lain sisi, keinginan Saras untuk melahirkan buah hatinya berhadapan dengan adanya sebuah legalitas hukum kependudukan. Sebuah ancaman, untuk mendapatkan keabsahan Akte Kelahiran menjadi mimpi buruk. Bayi lucu dan menggemaskan ini akan sulit mendapatkan sebuah pendidikan, dan kesehatan, serta kesejahteraan. Apalagi, perempuan ini tidak mempunyai KTP Surabaya maupun musiman. Meski faktanya, Pemerintah Kota Surabaya telah memberikan kemudahan untuk melakukan pengurusan Akte, namun diakui Saras diskriminasi masih menghiasi

Selasa, 04 September 2012

KATA KATA CINTA 2012


Dicintai dan disayangi kamu adalah anugrah terindah yang tuhan berikan padaku.

Mencintai kamu butuh waktu beberapa detik, Namun melupakanmu butuh waktu ku seumur hidup.

Mungkin tuhan sengaja memberi kita berjumpa dengan orang yang salah sebelum menemui insan yang betul supaya apabila kita akhirnya menemui insan yang betul, Kita akan tau bagaimana untuk bersyukur dengan memberi dan hikmah dibalik pemberian tersebut.

Apabila salah satu pintu kebahagian tertutup, yang lain akan terbuka tapi selalu kita akan memandang pintu yang telah tertutup itu terlalu lama hingga kan kita tidak nampak pintu lain yang telah pun terbuka untuk kita

Aku tidak tau sampai kapan usia ku, tapi aku yakin cintaku selamanya untukmu

Walaupun hari ini kau mengukir luka di hatiku. Aku akan tetap mencintai kamu seperti aku mencintai kamu kemarin.

Saat bertemu , aku tak perduli saat kau pergi, aq selalu menanti kamu. apabila ini nama cinta?

Kau datang di saat ke egoisan akan cinta tengah mendera. Membawa cahaya dan kedamaian, Membuatku tidak mudah menyerah untuk merengkuh kisah cinta bersamamu.

Memang benar yang kita tidak akan tau apa yang kita punyai sehinggalah kita kehilangan nya dan juga benar bahwa kita tidak akan tau yang kita rindukan sehinggalah "ialah" hadir.

Bila Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup lebih lama, Aku hanya ingin lalui itu denganmu sayang

Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta.

Senin, 03 September 2012

CERITA MESUM METROPOLITAN


Dalam kehidupanku gak ada masalah dalam rumah tangga maupun lingkungan kerjaku. Suamiku juga amat pengertian dan memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun batin. Akupun dilahirkan dalam lingkungan yang memegang teguh agama dan adat jawa. Dan tidak heran setamat kuliah aku dan Mas Hendra memutuskan untuk nikah, karena kami telah lama pacaran. Dalam kehidupanku boleh dibilang berkecukupan, selain ayahku yang seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Hendrapun terbilang orang cukup berada dan menetap di jakarta.


Setelah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga kami selama 1,5 tahun, maka kami merencanakan menunda punya anak. Mas Hendra ingin aku mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan ingin tetap menikmati kehidupan berdua dulu tanpa di ganggu anak dulu. Saat ini usiaku menginjak 27 tahun. tinggiku 158cm dan rambut sebahu. kulitku kata teman2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah denagn orang chines. Tidak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak teman sekampusku yang coba endekati, namun hatiku terpaut pada Mas Hendra saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, namun karena sikapnya yang santun thdp aku. Teman2 bilang aku terlalu pilih2,namun semua itu salah, dan kebetulan Mas Hendra datang kekostku slalu pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu.

Kehidupan sexualku normal dan Mas Hendrapun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kami bisa berhubungan badan dan kapan tidak. Akupun tidak mau Mas Hendra terlalu memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja.

Kami tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Hendra. Di rumah yang luas dan asri ini, kami tinggal dan ditemani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Hendra. Umur mereka kira2 65 tahun. yang perempuan bernama mak imah dan pak bidin. Kami mempercayakan rumah kepada mereka jika kami pergi kerja.

Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Hendra dan kadang aku nyetir sendiri. Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang pria paro baya. Pria itu jatuh dan aku karena takut dan kaget, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayang olehku saat, pria itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, namun aku tancap gas.

Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Hendra. setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Hendra. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan pria yang ku tabrak itu. sampai2 Mas Hendra heran akan sikapku yang berubah dingin dan gelisah. Lalu Mas Hendra menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Hendra memahaminya. Lalu ia sarankan aku untuk menagmbil seorang sopir, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri.

Beberapa hari kemudian, datanglah sopir yang dicari Mas Hendra itu. Alangkah kagetnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Iapun kaget, namun aku berusaha menagatur sikapku, aku yakin iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Hendratak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi sopirku. Aku pikir itung2 balas jasa ataskesalahanku saat itu. Namanya Pak Rojak, umurnya kira2 66 tahun, namun masih kuat dan sehat.

Sejak saat itu aku slalu diantar Pak Rojak kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Rojak. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang2 Pak Rojak, bilang padaku. Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?.. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Rojakpun berkata, ibu,,, kejam dan tidak bertanggung jawab. Lalu ku jawab… maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa saat itu, jawabku. Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah, lanjutnya.. Lalu ku jawab.. janagn gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf kataku lagi. Lalu ia diam… Aku… pun diam saja saat itu, hingga sampai di rumah.

Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tidak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak saat Pak Rojak bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Rojak serasa ingin terus bersama dengannya. Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Hendra biasa saja.

Jum’at sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Rojak untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dan suasananya amat romantis. Pak Rojak kuajak makan. kami duduk berhadap hadapan, ia pandangngi terus mataku. Akupun demikian seperti aku memandang mas hedra. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Rojak lalu meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur tubuhku. Beberapa saat kami menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kami keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tidak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan sopirku yang tidak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku.

Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Rojak menoleh kearahku,dan kembali meraih jemariku dan lalu ia rengkuh tubuhku lalu ia kecup bibirku. aku kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya sopirku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dengan separo hati, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tidak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Hendra mencumbuku dan mensebadaniku. Hatiku slalu terbayang wajah Pak Rojak. Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Rojak? gak ada rasanya. tapi aku slalu terbayang wajahnya, sampai2 saat suamiku saat berada diatas tubuhku saat melakukan hubungan badan, aku kira Pak Rojak yang diatas tubuhku, tapi untunglah aku masih bisa mengusai diri.

Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namaun ia hanya senyum. Setiap hari, matanya tidak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari tubuhku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Namun aku tidak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tidak ia arahkan kerumah tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa akau, mau saja diajak turun dan amsuk kerumahnya, yang dikelilinggi pohon2 besar. Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Lalu Pak Rojak menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan.

Pak Rojak kebelakang dan tidak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku. Bu… beginilah keadaan saya, katanya… oooo.. ndak apa lah pak? jawabku. Lalu tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa tidak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehanagatan tubuh ibu,,, katanya. Dulunya istri saya masih hidup jika tidak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, namun ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya mati, terangnya. sekarang ibu,, lah yang menggantikannya… lanjutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam gairah yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan.

Setelah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci tubuhku ia raih dan remah hingga aku tidak berpenutup lagi. Aku ia baringkan di dipan kayu itu, lalu ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil denganku. saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. lalu ia raih inci demi inci setiap rongga di tubuhku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Tubuh mulusku dijamah Pak Rojak berulang ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Aku pun tanpa kusadari dari tadi telah pula klimax. Tubuhku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Rojak. Aku mersakan perih dan nyilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Rojak panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit tubuhku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Rojak.

Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Lalu aku pulang diantarkanya dengan mobilku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Hendra, namun apa dayaku, sebab Pak Rojak amat berkuasa terhadap tubuhku, hingga ia berhasil menelanjangngi dan menyetubuhi ku.

Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Rojak slalu menytubuhiku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kamipun bersebadan dengan Pak Rojak di atas ranjang kami dengan Mas Hendra. Setiap ia menggauliku aku slalu merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tidak curiga atas tindakan kami itu. Pak Rojak pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku.

Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Rojak, itu, akupun merasakannya. Namun aku sedikit tenang, aku tidak bakalan hamil, karena aku sudah memasang spiral. Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Rojak, ia slalu mengeluarkan air maninya dalam rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tidak enak saat ia berada diatas tubuhku. Bau keringatnya amat busuk, namun aku slalu mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamarpun aku semprot dengan wewangian dan acnya slalu menyala.

Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang teman bahwa Pak Rojak adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya. Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Rojak. Iapun lalu, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku dengan ku kepada suamiku. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aku, minta dia keluar. Sejak saat itu ia tidak pernah muncul lagi…

MEMEK GEDE ABG


CERITA LUCU SEX

Buka Baju dan Celana
Seorang pelacur datang ke dokter untuk berobat.

Dokter : "Sakit apa mbak?"
Pelacur: "Sakit perut, Dok"
Dokter lalu mempersilahkan pasien naik ketempat tidur untuk diperiksa
Dokter : "Buka bajunya, Mbak"
Pelacur : "Celananya juga, Dok?"
Dokter : ?????

Masih Perawan di Malam Pertama
Usman usianya masih muda sekitar 18 tahunan tetapi telah jatuh cinta pada seorang nenek berumur sekitar 50 tahunan yang bernama Ijah. Karena Usman sudah bekerja, maka Usman ingin menikahi Ijah.


Setelah menikah, Usman ingin menikmati malam pertama bersama Ijah. Setelah berjuang dengan susah payah, akhirnya Usman berhasil menembus sela-sela pahanya si Ijah dan memasukan burungnya ke liang si Ijah. Dengan bangga Usman memuji Ijah :

"Wahhh hebat benar Ijah, masih perawan !!!"
Dengan kalemnya Ijah menjawab :

"Maaf Mas, tadi bukan perawan saya yang sampeyan tembus, tetapi celana dalam saya yang belum sempat saya buka"

Membahas yang barusan digilir tadi malam
4 cowok membahas seorang perek yang semalam mereka gilir:
Si A : "HUH GAK ENAK!"
Si B : "HUH GA BRASA!"
Si C : "HUH, ENAKAN BINI GUE!!"
Si D : "Iya Enakan Bini Loe !"
Si C : "????"